PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Eleis quineensis Jack) diusahakan secara di Afrika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik Selatan, serta beberapa daerah lain dengan skala yang lebih kecil. Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Di Brasilia, tanaman ini dapat tumbuh secara liar atau setengah liar disepanjang tepi sungai. Asal tanaman ini juga diperkuat dengan penemuan fosil tepung sari dari kala moisen di delta Nigeria yang bentuknya sangat mirip denga tepung sari kelapa sawit sekarang. Kelapa sawit Afrika telah berhasil didominasikan di Afrika Barat pada sekitar abad ke – 16 dan ke – 17 atau jauh pada periode sebelumnya (Fauzi, dkk, 2004).
Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848, tepatnya di Kebun Raya Bogor. Pada tahun 1879, Sir. Yoseph Hooker mencoba menanam 700 bibit tanaman kelapa sawit di Labuhan Deli, Sumatera Utara. Sayangnya, 10 tahun kemudian tanaman yang benihnya dibawa dari Kebun Raya Kew (London) ini ditebang habis dan diganti dengan tanaman kelapa. Sesudah tahun 1911, K. Schadt – seorang kebangsaan Belgia mulai memperoleh budidaya tanaman akan kelapa sawit (http://www.deetok.com, 2010).
Secara normal, biji kelapa sawit tidak dapat berkecambah dengan cepat karena adanya sifat dormansi. Jika benih langsung ditanam pada tanah atau pasir maka persentase daya kecambahnya setelah 3 – 6 bulan hanya 50%. Untuk mematah dormansi benih dan meningkatkan persentase daya kecambah dapat ditempuh dengan beberapa cara. Waktu untuk pengiriman kecambah harus tepat pada saat untuk memulai pembibitan di tempat tujuan (Risza, 1994).
Bahan tanaman kelapas sawit yang umumnya ditanam di perkebunan komersial yaitu persilangan dura x fisifera (D X P) yang disebut tenera. Tanaman induk dura berasal dari 4 pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya Bogor (1848) yang dikenal sebagai deli dura. Tanaman induk fisifera berasal dari berbagai sumber di Afrika dan sejak tahun 1914 telah digunakan untuk menghasilkan berbagai persilangan (Vademaecum, 1998).
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh madia tanam dan pemberian kompos TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) terhadap perkecambahan kelapa sawit (D X P) di Pre Nursery.
Hipotesa Percobaan
- Ada pengaruh pemberian media tanam berbeda terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.).
- Ada pengaruh pemberian kompos TKKS terhadap peningkatan pertumbuhan kecambah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)..
- Ada interaksi antara media tanam dengan kompos TKKS terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.).
Kegunaan Percobaan
- sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di laboratorium budidaya kelapa sawit dan karet fakultas pertanian universitas sumatera utara medan.
- sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Botani tanaman
Menurut Setyamidjaja (1996) bahwa sistematika tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyte
Sub-divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotiledonae
Ordo : Cocoidae
Famili : Palmae
Genus : Elaeis
Spesies : Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan kesamping membentuk akar primer, skunder dan tersier. Akar primer tumbuh kedalam tanah sampai batas permukaan air tanah bahkan akar tersier dan kuartener menuju ke lapisan atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara (Fauzi, dkk, 2003).
Batang kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) tumbuh lurus ke atas, diamternya dapatmencapai 40-60 cm. pada tanaman yang masih muda, batang tidak menyelinginya. Rata-rata pertumbuhan tinggi batang adalah 25-40 cm per tahun, namun hal ini tergantung dengan kesuburan tanah dan iklim setempat (Syamsulbahri, 1996).
Daun kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terdiri dari beberap bagian yaitu kumpulan anak daun (leaf leds) yang mempunyai kelainan daun tulang anak daun. Recis yang merupakan tempat anak daun melekat. Tangkai daun yang merupakan bagian antara daun tulang. Seludang daun (sleath) yang berfungsi sebagai pelindung daun kuncup dan memberi ikatan kekuatan pada batang (Pahan, 2006).
Kelapa sawit merupakan tanaman monoceus (berumah satu). Artinya, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Walaupun demikian, kadang-kadang dijumpai juga bunga jantan dan bunga betina dalam satu tandan (hermaprodit). Bunga muncul dari ketiak daun (Saragih dan Bangun, 2006).
Buah disebut juga fructus pada umunya kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur 3,5 tahun. Buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan. Waktu yang dimulai dari penyerbukan sampai buah matang dan siap panen kurang lebih 5-6 bulan. Warna buah tergantung pada varietas dan umurnya (Risza, 1995).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman Kelapa Sawit di perkebunan komersil dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 240C – 280 C. Di daerah sekitar garis khatulistiwa, tanaman sawit liar masih dapat menghasilkan buah pada ketinggian 1.300 m dari permukaan laut. Dengan demikian, tanaman kelapa sawit diperkirakan masih dapat hidup dengan baik sampai pada kisaran suhu 200C (Saragih dan Bangun, 2006).
Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2.000 – 2.500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Curah hujan yang merata dapat menurunkan penguapan dan tanaman kelapa sawit. Namun, yang terpenting adalah tidak terjadi defisit air sebesar 250 mm (Fauzi dkk, 2002).
Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu pembentukan bunga dan buah. Untuk itu, intensitas, kualitas, dan lamanya penyinaran amat berpengaruh. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5 -7 jam/ hari (Fauzi dkk, 2002).
Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti podosolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, masing-masing jenis tanah tersebut tidaklah sama (Fauzi dkk, 2002).
Keadaan topografi pada areal perkebunan kelapa sawit berhubungan dengan kemudahan perawatan tanaman dan panen. Topografi yang dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan 0 -150. hal ini akan memudahkan pengangkutan buah dari pohon ketempat pengangkutan hasil atau dari perkebunan ke pabrik pengolahan (Fauzi dkk, 2002).
Sifat fisik tanah dapat dilihat dari tingkat kemasaman dan komposisi kandungan hara mineralnya. Sifat kimia tanah mempunyai arti penting dalam menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah. Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang istimewa sebab kekurangan suatu unsur dapat diatasi (Fauzi dkk, 2002).
Media Tanam
Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya tanah bagian atas (topsoil) pada ketebalan 0-20 cm, dan berasal dari areal pembibitan di sekitarnya. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik, tekstur remah dan gembur, tidak kedap air serta bebas kontaminasi (Krusantini, 2008).
Pada dasarnya, semua jenis tanah bisa dipakai sebagai media tanam dalam pot. Namu, tidak semua tanah memiliki kandungan zat hara yang cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, medium tanah harus dicampur dengan beberapa bahan lain untuk melengkapi ketersediaan zat hara. Bahan yang bisa digunakan sebagai campuran untuk media tanam adala pasir, pupuk kandang atau kompos (Redaksi Agromedia, 2007).
Pupuk N
Pupuk nitrogen (N)mempunyai berbagai fungsi, diantaranya adalah merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, merangsang pertumbuhan vegetatif, merupakan bagian dari sel itu sendiri, sintesa asam amino. Dan bila suatu tanaman kekurangan pupuk N, akan terjadi pertumbuhan tanaman lambat, kerdil, daun hijau kekuningan dan sempit, pendek dan tegak, daun tua cepat menguning dan mati (Damanik, dkk, 2010).
Nitrogen merupakan unsur mobil dalam tanaman, oleh karena itu kekurangannya akan dimulai pada daun-daun yang lebih tua. Gejala merupakan berupa menguningnya daun, kadang-kadang disertai dengan berubahnya warna daun menjadi kemerahan akibat terbentuknya antogonisme. Pertumbuhan tanaman akan terhambat, dan bentuk daun tidak normal (http://gi206.wordpress.com, 2008).
Pupuk yang ditambahkan kedalam tanah tidak seluruhnya dapat diserap oleh akar tanaman, sebagian tercuci,tererosi dan sebagian lagi diikat oleh koloid-koloid liat tertentu. Ion amonium (NH4+) yang berasal dari amonium sulfat atau urea dapat diikat oleh mineral liat dari tipe 2:1 misalnya mineral liat illit. Dalam kondisi demikian ion amonium yang terperangkap itu tidak dapt diserap oleh akar tanaman. Pupuk N yang ditambahkan ke dalam tanah disamping sebagian daripadanya dapat diserap akar, tetapi akar tanaman harus pula berkompetisi dengan jasad renik yang menggunakan ion-ion nitrogen sebagai sumber makanannya untuk pertumbuhan tubuhnya (Damanik, 2010).
Pupuk P
Phospor (P) berfungsi untuk pertumbuhan akar, pembungaan, pemasakan biji/ buah. Gabah. Unsur P juga untuk menyusun intisel, lemak dan protein. Sumber unsur P yang banyak beredar dipasaran yaitu SP 36 dengan kandungan P 36%. Doublesuperposfat/ DS (P 36-38%). Tanda tanaman kekurangan P yaitu daun menjadi nampak tua warnanya menjdai merah kecoklatan. Tepi daun, cabang dan batang terdapatwarna kecoklatan yang lama-lama menjadi kuning (http://tohariyusuf.wordpress.com, 2009).
Hampir semua pupuk posfat komersial berasal dari mineral-mineral posfat, kecuali basic slog. Selain itu dapat pula berasal dari mineral-mineral posfat dan bahan-bahan organik seperti tepung tulang dan guano. Tanaman hanya menyerp sebagian kecil saja dari pupuk posfat yang diberikan ke dalam tanah pada periode tertentu dan jumlah yang diserap ini akan lebih kecil lagi pada tahun berikutnya, bila tidak ada penambahan pupuk demikian seterusnya. Hanya sekitar 20% hingga 30% dari pupuk itu yang dimanfaatkan tanaman setelah 4 atau 5 tahun, dengan asumsi bahwa semua posfat ekstra diserap dari tanah yang dipupuk berasal dari pupuk yang ditambahkan (Damanik, dkk, 2010).
Pupuk K
Kalium (K) berfungsi untuk mempengaruhi kualits (rasa, warna dan bobot) buah serta bunga, menambah daya tahan tanaman terhadap kekeringan, hamam penyakit, mempercepat pertumbuhan jaringan meristem, membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Perlu diingat bahwa kalium (K) merupakan bagian dari jerami dan kayu. Sumber unsur K yaitu KCl (K 60%) kalium sulfat atau sering disebut ZK (Zwevalzure kali, K 49-52%) dan KNO3. Penggunaan pupuk KCl mengandung klor (Cl) yang cukup tinggi, sehingga dapat berpengaruh negatif terhadap tanaman yang peka terhadap clor. Tanda-tanda kekurangan kalium daun mengerut ungu lalu mengering lau mati (http://tohariyusuf.wordpress.com, 2009).
Pelepasan hara kalium merupakan reaksi yang berlawanan dengan fraksi. Untuk melepaskan kalium dapat dilakukan terlebih dahulu menurunkan muatan pada mineral liat, sehingga kerapatan muatan yang tinggi tersebut tidak akan menyebabkan K terikat kuat. Cara untuk menurunkan muatan dilakukan dengan oksidasi Fe yang ada dalam susunan kristal liat. Defenisi kalium akan berpengaruh pada batang dan daun menjadi lemas/ rebah, ujung daun menguning dan kuning, tidak bercak coklat pada pucuk daun (Damanik, dkk, 2010).
Pupuk Mg
Magnesium (Mg) berfungsi untuk transfortasi posfat, mengaktifkan enzin transposporilase, menciptakan warna hujai pada daun, membentuk karbohidrat, lemak/ minyak. Tanda-tanda kekurangan magnesium uaitu menguningnya daun dimulai dari ujung dan bagian bawah daun. Sumbermagnesium yaitu dolomit dan kieserit (http://tohariyusuf.wordpress.com, 2009).
Magnesium merupakan pembangunan klorofil. Defisiensi magnesium dapat disebabkan oleh pemupukan potasium yang sangat berlebih. Gejala kekurangan magnesium muncul pada musim dingin atau ketika tanah sangat basah dimana akar kurang aktif. Kekurangan magnesium menyebabkan daun tua menguning. Jika defisiensi berkelanjutan, daun yang berwarna kuning akan menjadi kuning kecoklatan. Produksi buah pada tanaman yang kekurangan magnesium berkurang (http://gi206.wordpress.com, 2008).
Tempat Dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilakukan di Labratorium Kelapa Sawit dan Karet Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 meter dpl. Pukul 09:00 WIB sampai selesai pada bulan Agustus sampai Desember 2010.
Bahan dan Alat Percobaan
Bahan
Adapun bahan yangdigunakan pada percobaan ini adalah bibit kelapa sawit sebagai objek percobaan, polibag sebagai wadah media tanam, pasir sebagai media tanam, top soil dan pupuk kandang sebagai campuran pada media tanam dan kertas label sebagai penenda pada polibag.
Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah cangkul untuk mencampur media, jangka sorong untuk mengukur diameter batang, meteran atau rol untuk mengukur tinggi tanaman, ayakan untuk mengayak tanah, gembor untuk menyiram tanaman, timbangan analitik untuk menimbang kompos TKKS dan buku data serta alat tulis untuk menulis data.
Metode Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) factorial dngan 2 indikator factor perlakuan yaitu:
Faktor 1 : media tanam (M) dengan 2 taraf
M1 : top soil + pasir (2:1)
M2 : Subsoil + TKKS(3:1)
Faktor 2 : pupuk NPKMg (15:15:16:4) dengan 3 taraf
Po : 0 gram
P1 : 10 gram
P2 : 20 gram
Maka akan dapat 6 kombinasi perlakuan yaitu:
M1Po M2P0
M1P1 M2P1
M1P2 M2P2
Jumlah ulangan : 13
Jumlah plot per ulangan : 6
Jumlah bibit / plot : 2
Jumlah bibit seluruhnya : 36 bibit
Penyiapan Media Tanam
Media tanam yang disiapkan adalah top soil, sub soil, pasir dan pupuk NPKMg, kemudian dicampur dan dimasukkan ke dalam polibag 5 kg.
Penanaman kecambah kelapa sawit
Bibit sawit yang akan ditanam dipilih yang paling baik yaitu yang memiliki plumula dan radikula. Cara penanaman yang baik adalah dengan posisi akar dan tanah dibawah dan langsung ditutupi dengan tanah dalam polibag.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari, dan bila tanah lembab atau hujan turun penyiraman dihentikan atau dikurangai.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yan ada pada polibag dan pada bedengan sekitar polibag.
Pengamatan parameter
Tinggi tunas (cm)
Tinggi tanaman diukur setiap mingggu dengan menggunakan penggaris atau meteran.
Diameter batang (cm)
Diameter diukur setiap minggu dengan menggunakan jangka sorong.
Jumlah daun (helai)
Jumlah daun diukur setiap minggu, daun yang diukur adalah daun yang telah membuka sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Corley., R. H. V.,. J. J. Hardon and B. J. Wooek., 1986. Oil Palam Research. Eleseive Scientific Publishing. Co. Malaysia.
Damanik, M.M.M., B.E. Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin., H. Hanum., 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.
Fauzi, Y., Widyastuti, I. dan Hartono., 2004. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya.
Foth., H. D., 1984. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta.
Hakim, N. J.,. Nyakpa, M. Y., Lubis, A. M., Nugroho, S. G., Soul, M. D., Dika, M. A., Hong, G. B. dan Barle, H. H., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
http://deetok.com, 2010. Tanaman_kelapa_sawit/6/2010. Diakses pada tanggal 9 November 2010.
http://gi206.wordpress.com/2008/11/15/unsur_makro_dan_mikro_tumbuhan/ diakses pada tanggal 15 November 2010.
http://tohariyusuf.com/2009/04/04/unsur_hara_dan_fungsinya/ diakses pada tanggal 15November 2010.
Jaoner, J. N., 1981. Foliage Plant Production. Pentince Hall. Englewood Clifs. New Jersey.
Krusantini, W., 2008. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Yogyakarta.
Nelson, P. V., 1981. Greenhouse Operation dan Managemen. 2nd edition. New Jersey.
Pahan, J. 2006. Panduan Kelapa Sawit. Kanisus. Yogyakarta.
Redaksi Agromedia, 2007. Membuat Tanaman Buah dalam Pot Berbuah Lebat. Agromedia Pustaka, Jakarta .
Risza, S., 1995. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktifitas. Kansius, Jakarta .
Saragih, B., dan Bangun, D., 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis Dari Hulu ke Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta .
Vademacum, L. 1998. Oil Palm Cultivation and Management. Malaysia.
Van Steenis, 1954. Flora. Prentince Hall. New Delhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar